REL MAUT TANPA PALANG PINTU SARAPAN SETIAP HARI SISWA-SISWI SDN KLAGENSERUT 01
- Details
- Created on 24 February 2019
- Hits: 2643
Serombongan siswa bersepeda terlihat berhati – hati saat melewati rel yang memisahkan desa mereka. Itulah rutinitas setiap harinya yang dilewati siswa SDN Klagenserut 01 saat berangkat dan pulang sekolah, hal ini sebenarnya merupakan hambatan besar dari pihak desa Klagenserut, ungkap Kepala Sekolah Tony Agus Setyanto.
Kewenang memasang palang pintu rel kerata api merupakan dilema besar, bukan KAI DAOP 7 Madiu namun wewenang pihak Dinas perhubungan, tergantung jalan akses milik provinsi atau Kabupaten/Kota.
Jalan rel kereta api yang tidak ada pintu, tentu saja membuat perasaan kurang nyaman bagi orang tua siswa, akibat dari itu tentunya dari pihak orang tua selalu berusaha menghindari sekolah tersebut, meskipun sebenarnya jarak sekolah dengan rumah sangat dekat, kurang lebih tidak ada 500 M.
Apalagi setiap hari Kamis anak-anak melaksanakan kegiatan extrakurikuler karawitan di Dusun Jati yang berlokasi di sebelah selatan rel, tak urung ini pun menambah kekhawatiran guru pendamping karena berbagi tugas untuk menyebrangkan siswa di perlintasan kereta api.
Ketika SDN Klagenserut 01 Kecamatan Jiwan mendapati kunjungan dari pihak KAI DAOP 7 Madiun, kesempatan ini digunakan sangat baik oleh siswi kelas VI yakni Krisna. Dia bertanya “ Kak kenapa jalur rel kereta Klagenserut sampai sekarang belum dipasangi palang pintu ?
Selain menanyakan masalah kewenangan palang pintu juga usaha sekolah ketika ada kunjungan dari pihak KAI DAOP 7 Madiun adalah masalah alat detector yang berbunyi saat kereta masih dalam jarak aman akan lewat, namun ironisnya sudah lama alat tersebut tidak berfungsi, tegas Tony Agus Setyanto.
“Rasa nyaman merupakan bagian dari strategi kebijakan untuk mencapai tujuan pendidikan, yakni peningkatan mutu, relevansi dan daya saing, semoga dengan adanya tindaklanjut dari pihak yang berwenang, setelah terbangunnya palang pintu rel kereta api dan alat detector, sekolah kami kembali kebanjiran siswa lagi,” ungkap penulis rahayu puji lestari.